Senin, 05 Juni 2017

AGAMA TRADISIONAL ORANG BATAK



Responding Paper
Agama Tradisonal Orang Batak

A.    ASAL-USUL SUKU BATAK
Orang Batak adalah salah satu suku di Indonesia yang tinggal di provinsi Sumatera Utara. Orang Batak tinggal di dataran tinggi Bukit Barisan sekitar danau Toba. Pada tahun 1991 jumlah orang Batak diperkirakan mencapai tiga juta orang. Pada saat itu penduduk Indonesia adalah 180.000.000 orang. Dengan demikian, Batak merupakan suku terbesar keempat setelah orang Jawa, Sunda dan Bali.
Suku-suku di Indonesia dengan pengecualian beberapa daerah di provinsi bagian Timur, menurut kelompok bahasa Austronesia.[1] Mereka berasal dari daerah Yunan (Cina Selatan) dan melalui Vietnam menyebar ke Asia Tenggara sekitar abad ke-8 dan ke-7 sebelum Masehi. Hal ini terjadi karena migrasi dan hubungan perdagangan.
Sebagian kelompok ini tiba di Tanah Batak . pada saat itu terjadi sedang ada pembersihan hutan di dataran tanah tinggi Batak Toba pada tahun 5000 SM. Sejak tahun 2000 SM , masyarakat pulau Jawa dan Sumatera mulai mencari tempat tinggal di sekitar danau. Mereka melakukan itu karena alasan kesehatan. Para migran pada masa ini diperkirakan sudah mengenal hasil-hasil pertanian yang masih sangat sederhana.
Orang Batak pada masa ini telah mempunyai kultur. Mereka sudah mengenal kultur Neolitis[2]. Tak hanya itu, mereka juga mendapat pengaruh dari kultur Dongson dari Vietnam . pada masa ini sudah mulai memasuki tahapan berikutnya setelah kultur neolitis. Di sini sudah ditemukan alat pertanian seperti pacul, pembajak sawah dan sistem pengairan sudah dikenal. Artinya, sudah terlihat progres dalam intensifikasi pertanian.
Orang Batak mempunyai kultur yang memiliki kesamaan dengan bangsa Proto-Melayu. Dalam religi mereka, orang Batak memuja-muja roh nenek moyang mereka dan kekuatan-kekuatan alam yang memiliki peranan penting dalam seluruh aktivitas keturunan mereka. Sistem keturunan mereka adalah patrilinear dan struktur sosialnya diatur oleh perkawinan kemanakan a-simetris.
Di Indonesia orang Batak dikenal sebagai migran. Orang Batak dikenal sebagai migran yang sukses. Tempa mereka bermigran adalah ke Jakarta. Di sana mereka mempunyai posisi yang penting, meskipun jumlah mereka di Jakarta adalah minoritas.
Semua orang batak yang lain ialah berasal dari suku Batak Toba. Hal itu dikarenakan jumlah generasi dalam silsilah orang Batak, silsilah orang Batak Toba lebih panjang dari kelompok Batak lain.
Orang Batak Toba tinggal di sekitar Danau Toba dan bagian selatan Danau Toba, yang menurut daerah administratif  Negara Kesatuan Republik Indonesia masuk dalam kabupaten Tapanuli Utara. Di sebelah barat Danau Toba terletak Gunung Pusuk Buhit, gunung yang suci untuk orang Batak Toba sebab menurut mite penciptaan di kaki gunung inilah si Rajabatak manusia pertama Batak mendirikan kampungnya (huta), yaitu Sianjurmulamula yang menjadi awal semua kampung orang Batak.
Orang Batak Toba hidup dengan bermata pencaharian sebagai petani. Oleh karena itu mereka hidup di dekat danau sebab disanalah mereka mendapatkan air yang diperlukan agar tanah dan sawahnya menjadi subur. Mereka hidup dalam ruang yang terbatas dan terisolasi di lembah. [3]
Namun, seiring dengan berjalannya waktu orang Batak Toba ini bermigrasi ke beberapa daerah. Menurut statistik Sumatera Utara 1985, jumlah orang Batak Toba ada sekitar 700.000 jiwa. Tetapi ini hanya dari Tapanuli Utara. Menurut Spaan jumlah orang Batak Toba yang tinggal di luar daerah Batak Toba ada sekitar 40 %. Tahun 1930 sebanyak 30.000 orang Batak Toba berangkat ke Pematangsiantar, daerah Batak Simalungun. Pada tahun 1950-1956, keluarlah orang Batak Toba dari daerah mereka menuju Sumatera Timur sebanyak 250.000 orang.
Migrasi orang Batak Toba itu sudah lama sebelum kelompok migrasi yang disebut di atas. Hanya pada waktu sebelumnya jumlah penduduk yang bermigrasi tidak sebanyak seperti jumlah yang disebutkan di atas. Tempat bermigrasi mereka pun belum terlalu jauh, melainkan hanya bermigrasi kepada sub suku Batak lainnya. Migrasi ini adalah mekanisme orang Batak untuk mendirikan kelompok (marga) yang baru dan mengatasi kepadatan penduduk.
Dengan demikian walaupun orang Batak Toba pada awalnya terisolir, namun mereka melakukan migrasi ke beberapa daerah. Mekanisme migrasi mereka ialah untuk mendirikan marga yang baru dan sebuah strategi mengurangi kepadatan penduduk di daerahnya. Pada akhirnya mereka dikenal sebagai migran yang sukses.
B.     SISTEM KEKERABATAN DAN SILSILAH SUKU BATAK
·         Sistem Kekerabatan Suku Batak
Suku Batak tidak pernah menggunakan garis keturunan ibu (Matrilineal) dalam system kekerabatannya, melainkan garis keturunan dari bapak (Patrilineal). Kaum laki-laki menjadi penentu dalam membentuk hubungan kekerabatan, sedangkan hubungan perempuan disebut sebagai pencipta hubungan kebesanan karena sebab perkawinan. Dalam organisasi social orang Batak mengenal apa yang disebut dengn marga. Marga memegang peranan pentig dalam menentukan hubungan kekerabatan masing-masing individu baik hubungan kekerabatan yang satu marga maupun yang bukan satu marga. Untuk meneluuri istilah panggilan yang bukan semarga bisa ditelusuri dari partuturan dari ayah maupun dari ibu. Setelah itu barulah ditentukan masing-masing. Marga juga berperan penting dalam hal perkawinan. Dalam hal perkawinan masyarakat menganut pola eksgami marga atau dengan kata lain harus megawini lingkungan marga lain.
·         Silsilah Suku Batak
Menurut mitologi penciptaan diketahui bahwa semua orang Batak berasal dari si Rajabatak. Si Rajabatak memiliki dua putra. Dua putra tersebut ialah Guru Tateabulan dana Raja Isumbaon. Kemudian dua nama putranya ini menjadi nama dari dua kelompok besar marga suku Batak, yaitu Lontung dan Sumba. Dari kedua kelompok marga inilah lahir marga-marga Batak yang ada pada saat ini.
Banyaknya dan besarnya marga tidak sama pada setiap kelompok marga. Hal itu tergantung kepada banyaknya keturunan marga tersebut. hal itu tergantung kepada banyaknya keturunan marga tersebut. misalnya, pada generasi keempat keturunan Si Rajabatak, marga dari Guru Tateabulan (Lontung) sudah dibagi dalam dua sub marga, yaitu Lontung dan Borbor sementara Raja Isumbaon masih hanya mempunyai satu marga, yaitu Sumba.


[1] Bahasa Austronesia adalah salah satu rumpun bahasa utama didunia yang sangat luas pembahasannya di dunia dari Taiwan dan Hawai di ujung Utara sampai Selandia Baru di ujung selatan dan dari Madagaskar diujung barat sampai pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur.
[2] Kultur neolitis adalah kutur yang sejak ada pada jaman Neolitikum atau jaman Batu Baru seperti sudah mengenal alat-alat bercocok tanam.
[3] Ibrahim Gultom, Agama Malim di Tanah Batak, (Jakarta:Bumi aksara, 2010). h.31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar