Responding Peper
Suku Asmat
A.
Sejarah
Suku Asmat
meyakini bahwa mereka berasal dari keturunan dewa Fumeripitsy yang turun dari
dunia gaib yang berada di seberang laut di belakang ufuk, tempat matahari
terbenam tiap hari. Menurut keyakinan mereka, dewa nenek-moyang itu dulu
mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di pegunungan. Dalam perjalanannya
turun ke hilir sampai ia tiba di tempat yang kini didiami oleh orang Asmat
hilir, ia mengalami banyak petualangan.
Dalam mitologi
orang Asmat yang berdiam di Teluk Flaminggo misalnya, dewa itu namanya
Fumeripitsy. Ketika ia berjalan dari hulu sungau ke arah laut, ia diserang oleh
seekor buaya raksasa. Perahu lesung yang ditumpanginya tenggelam. Sehingga
terjadi perkelahian yang akhirnya ia dapat membunuh buaya tersebut, tetapi ia
sendiri luka parah. Ia kemudian terbawa arus dan terdampar di tepi sungai
Asewetsy, desa Syuru sekarang. Untung ada seekor burung Flamingo yang
merawatnya sampai ia sembuh kembali; kemudian ia membangun rumah yew dan
mengukir dua patung yang sangat indah serta membuat sebuah genderang, yang
sangat kuat bunyinya. Setelah ia selesai, ia mulai menari terus-menerus tanpa
henti, dan kekuatan sakti yang keluar dari gerakannya itu memberi hidup pada
kedua patung yang diukirnya. Tak lama kemudian mulailah patung-patung itu
bergerak dan menari, dan mereka kemudian menjadi pasangan manusia yang pertama,
yaitu nenek-moyang orang Asmat.
B.
Praktik Kanibalisme
Ketika terjadi
pertentangan, suku Asmat membunuh musuhnya dan mayatnya dibawa ke kampung, kemudian
dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama. Mereka
menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus daun
sago yang dipanggang dan dimakan. Seiring perkembangan zaman, hal ini sudah
tidak pernah terjadi lagi.
C.
Persebaran
Suku asmat
tersebar dan mendiami wilayah disekitar pantai laut arafuru dan hutan belantara
di pegunungan jayawijaya. Dalam kehidupan suku Asmat, batu sangat berharga bagi
mereka dan dapat dijadikan sebagai mas kawin. Hal ini karena tempat tinggal
suku Asmat yang berada di rawa-rawa sangat sulit menemukan batu-batu yang
berguna untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.
D.
Ciri Fisik
Suku Asmat
memiliki ciri fisik yang khas yaitu berkulit hitam dan berambut keriting.
Rata-rata tinggi badan orang Asmat wanita sekitar 162cm dan tinggi badan
laki-laki mencapai 172cm.
E.
Mata Pencaharian dan Makanan
Pokok
Suku asmat
darat, suku citak dan suku mitak mencari nafkah dengan berburu binatang hutan
seperti, ular, kasuari babi hutan dll. Mereka juga selalu menggunakan sagu
sebagai makanan pokok dan nelayan yakni mencari ikan dan udang untuk dimakan.
Kegemaran lain adalah makan ulat sagu yang hidup dibatang pohon sagu, biasanya
ulat sagu dibungkus dengan daun nipah, ditaburi sagu, dan dibakar dalam bara api.
Selain itu sayuran dan ikan bakar dijadikan pelengkap. Namun mereka sangat
sulit mendapatkan air bersih karena wilayah mereka merupakan tanah berawa.
Sehingga menggunakan air hujan dan air rawa sebagai air bersih untuk kebutuhan
sehari-hari.
F.
Pola Hidup
Satu hal yang
patut ditiru dari pola hidup penduduk asli suku asmat, mereka merasa dirinya
adalah bagian dari alam, oleh karena itulah mereka sangat menghormati dan
menjaga alam sekitarnya, bahkan, pohon disekitar tempat hidup mereka dianggap
menjadi gambaran dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan, buah menggambarkan
kepala, dan akar menggambarkan kaki mereka
G.
Cara Merias Diri
Dalam merias
diri Suku Asmat membutuhkan tanah merah untuk menghasilkan warna merah, warna
putih mereka membuatnya dari kulit kerang yang sudah dihaluskan dan warnah
hitam mereka hasilkan dari arang kayu yang dihaluskan. Mereka menggunakannya
dengan mencampur bahan tersebut dengan sedikit air untuk digunakan mewarnai
tubuh.
H.
Ada istiadat suku asmat
Seperti
masyarakat pada umumnya, dalam menjalankan proses kehidupannya, masyarakat Suku
Asmat juga mempunyai ritual atau acara-acara khusus, yaitu :
1. Kehamilan
Selama proses
ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan baik agar dapat lahir
dengan selamat dengan bantuan ibu kandung atau ibu mertua.
2. Kelahiran
Tidak lama
setelah kelahiran bayi dilaksanakan upacara selamatan secara sederhana dengan
acara pemotongan tali pusar yang menggunakan Sembilu, alat yang terbuat dari
bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau 3
tahun.
3. Pernikahan
Pernikahan
berlaku bagi suku Asmat yang telah berusia 17 tahun dan dilakukan oleh pihak
orang tua lelaki setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan melalui uji
keberanian untuk membeli wanita dengan mas kawinnya piring antik yang
berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson, bila ternyata ada
kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson, maka pihak pria wajib
melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan
aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap.
4. Kematian
Bila kepala
suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya disimpan dalam bentuk mumi
dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila masyarakat umum, jasadnya
dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat dan
pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.
I.
Unik
Dalam memenuhi
kebutuhan biologisnya, baik kaum pria maupun wanita melakukannya di ladang atau
kebun, disaat prianya pulang dari berburu dan wanitanya sedang berkerja di
ladang. Selanjutnya, ada peristiwa yang unik lainnya dimana anak babi disusui
oleh wanita suku ini hingga berumur 5 tahun.
J.
Rumah Adat
Rumah
Tradisional Suku Asmat adalah Jeu dengan panjang sampai 25 meter.Sampai
sekarang masih dijumpai Rumah Tradisional ini jika kita berkunjung ke Asmat
Pedalaman. Bahkan masih ada juga di antara mereka yang membangun rumah tinggal
diatas pohon.
K.
Agama
Masyarakat Suku
Asmat beragama Katolik, Protestan, dan Animisme yakni suatu ajaran dan praktek
keseimbangan alam dan penyembahan kepada roh orang mati atau patung.
L.
Kepercayaan Dasar
Adat istiadat
suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal dari dunia mistik
atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap sore hari.
Mereka yakin bila nenek moyangnya pada jaman dulu melakukan pendaratan di bumi
di daerah pegunungan. Selain itu orang suku Asmat juga percaya bila di
wilayahnya terdapat tiga macam roh yang masing-masing mempunyai sifat baik,
jahat dan yang jahat namun mati. Berdasarkan mitologi masyarakat Asmat berdiam
di Teluk Flamingo, dewa itu bernama Fumuripitis. Orang Asmat yakin bahwa di
lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam roh yang mereka bagi
dalam 3 golongan.
Yi – ow atau
roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya.
Osbopan atau
roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu.
Dambin – Ow
atau roh jahat yang mati konyol.
Kehidupan orang
Asmat banyak diisi oleh upacara-upacara. Upacara besar menyangkut seluruh
komuniti desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan roh nenek moyang
seperti berikut ini :
1.
Mbismbu (pembuat tiang)
2.
Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew)
3.
Tsyimbu (pembuatan dan pengukuhan perahu
lesung)
4.
Yamasy pokumbu (upacara perisai)
M.
Mbipokumbu (Upacara Topeng)
Suku ini
percaya bahwa sebelum memasuki surga, arwah orang yang sudah meninggal akan
mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa penyakit, bencana, bahkan peperangan.
Maka, demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah, mereka yang masih hidup
membuat patung dan menggelar pesta seperti pesta patung bis (Bioskokombi),
pesta topeng, pesta perahu, dan pesta ulat-ulat sagu.
N.
Roh-roh dan Kekuatan Magis
Roh setan
Suku Asmat memiliki
kepercayaan bahwa alam ini didiami oleh roh-roh, jin-jin, makhluk-makhluk
halus, yang semuanya disebut dengan setan. Setan ini digolongkan ke dalam 2
kategori :
1. Setan yang
membahayakan hidup.
Setan yang
membahayakan hidup ini dipercaya oleh orang Asmat sebagai setan yang dapat
mengancam nyawa dan jiwa seseorang. Seperti setan perempuan hamil yang telah
meninggal atau setan yang hidup di pohon beringin, roh yang membawa penyakit
dan bencana (Osbopan).
2. Setan yang
tidak membahayakan hidup.
Setan dalam
kategori ini dianggap oleh masyarakat Asmat sebagai setan yang tidak
membahayakan nyawa dan jiwa seseorang, hanya saja suka menakut-nakuti dan
mengganggu saja. Selain itu orang Asmat juga mengenal roh yang sifatnya baik
terutama bagi keturunannya., yaitu berasal dari roh nenek moyang yang disebut
sebagai yi-ow
O.
Kekuatan magis dan Ilmu sihir
Suku Asmat juga
percaya akan adanya kekuatan magis, banyak hal -hal yang pantang dilakukan
dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, seperti dalam hal pengumpulan bahan
makanan seperti sagu, penangkapan ikan, dan pemburuan binatang. Kekuatan magis
ini juga dapat digunakan untuk menemukan barang yang hilang, barang curian atau
pun menunjukkan si pencuri barang tersebut. Ada juga yang mempergunakan kekuatan
magis ini untuk menguasai alam dan mendatangkan angin, halilintar, hujan, dan
topan.
P.
Wanita Dalam Pandangan Suku
Asmat
Simbolisasi
perempuan dengan Flora & Fauna yang berharga bagi masyarakat Asmat
(pohon/kayu, kuskus, anjing, burung kakatua dan nuri, serta bakung), seperti
kata Asmat diatas,menunjukkan bagaimana sesungguhnya masyarakat Asmat
menempatkan perempuan yang sangat berharga bagi mereka. Hal ini tersirat juga
dalam berbagai seni ukiran dan pahatan mereka. Namun dalam gegap gempitanya serta
kemasyuran pahatan dan ukiran Asmat. Tersembunyi suatu realita derita para Ibu
dan gadis Asmat yang tak terdengar dari dunia luar.
Perempuan
Asmat sangat menanggung beban yang berat. Setiap harinya mereka harus
menyediakan makanan untuk suami dan anak-anaknya,mulai dari mencari
ikan,udang,kepiting,dan tembelo sampai kepada
mencari pohon sagu yang tua,menebang pohon sagu,menokok,membawa sagu dari
hutan,memasak dan menyajikan. Setelah itu mencuci tempat makanan atau tempat
masak termaksud mengambil air dari telaga atau sungai yang jernih untuk
keperluan minum keluarga.
Sementara itu kegiatan laki-laki Asmat
sehari-harinya adalah menikmati makanan yang disediakan istrinya, mengisap
tembakau dan berjudi. Kadang suami membuat rumah atau perahu, namun dengan
batuan istri.
Q.
Upacara Adat
Ritual/ Upacara suku Asmat yaitu
Ritual Kematian
Orang Asmat
mengubur mayat orang yang telah meninggal. Bagi mereka, kematian bukan hal yang
alamiah. Bila seseorang tidak mati dibunuh, maka mereka percaya bahwa orang
tersebut mati karena suatu sihir hitam yang kena padanya. Bayi yang baru lahir
yang kemudian mati pun dianggap hal yang biasa dan mereka tidak terlalu sedih
karena mereka percaya bahwa roh bayi itu ingin segera ke alam roh-roh.
Sebaliknya kematian orang dewasa mendatangkan duka cita yang amat mendalam bagi
masyarakat Asmat.
Ritual Pembuatan dan Pengukuhan
Perahu Lesung
Setiap 5 tahun
sekali suku Asmat akan membuat perahu-perahu baru. Dalam proses pembuatan
perahu hingga selesai, ada berapa hal yang perlu diperhatikan. Setelah pohon
dipilih, ditebang, dikupas kulitnya dan diruncingkan kedua ujungnya, batang itu
telah siap untuk diangkut ke pembuatan perahu. Sementara itu, tempat pegangan
untuk menahan tali penarik dan tali kendali sudah dipersiapkan. Pantangan yang
harus diperhatikan saat mengerjakan itu semua adalah tidak boleh membuat banyak
bunyi-bunyian di sekitar tempa itu. Masyarakat Asmat percaya bahwa jika batang
kayu itu diinjak sebelum ditarik ke air, maka batang itu akan bertambah berat
sehingga tidak dapat dipindahkan.
Upacara Bis
Upacara bis
merupakan salah satu kejadian penting di dalam kehidupan suku Asmat sebab
berhubungan dengan pengukiran patung leluhur (bis) apabila ada permintaan dalam
suatu keluarga. Dulu, upacara bis ini diadakan untuk memperingati anggota
keluarga yang telah mati terbunuh, dan kematian itu harus segera dibalas dengan
membunuh anggota keluarga dari pihak yang membunuh.
Upacara pengukuhan dan
pembuatan rumah bujang (yentpokmbu)
Orang-orang
Asmat mempunyai 2 tipe rumah, yaitu rumah keluarga dan rumah bujang. Rumah
bujang inilah yang amat penting bagi orang-orang Asmat. Rumah bujang ini
dinamakan sesuai nama marga (keluarga) pemiliknya.
Rumah bujang
merupakan pusat kegiatan baik yang bersifat religius maupun yang bersifat
nonreligius. Suatu keluarga dapat tinggal di sana, namun apabila ada suatu
penyerangan yang akan direncanakan atau upacara-upacara tertentu, wanita dan
anak-anak dilarang masuk. Orang-orang Asmat melakukan upacara khusus untuk
rumah bujang yang baru, yang dihadiri oleh keluarga dan kerabat. Pembuatan
rumah bujang juga diikuti oleh beberapa orang dan upacara dilakukan dengan
tari-tarian dan penabuhan tifa.
Sumber referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmat
diakses tanggal 20 januari 2015
http://www.academia.edu/7723813/Makalah_suku_Asmat_print
diakses tanggal 20 januari 2015

Tidak ada komentar:
Posting Komentar