Senin, 05 Juni 2017

JURNAL SUKU ENGGANO

Berkembangnya agama Islam di Pulau Enggano memberikan pengaruh terhadap perubahan pranata sosial masyarakat Enggano, khususnya yang bertalian dengan pelaksanaan ritus religi setempat (lokal-tradisional). Data statistik menun-jukkan bahwa dewasa ini sekitar 2/3 (dua per tiga) penduduk Enggano adalah pemeluk agam Islam, dengan sebaran per desa sebagaimana termaktub dalam tabel yang berikut. Dari aspek sosial budaya, pada umumnya masyarakat pulau-pulau dalam hal kecil interaksi memiliki diantara adat mereka, istiadat yang sedangkan sangat untuk kuatberinteraksi dengan pihak luar relatif memerlukan waktu yang lama. Masyarakat Di Pulau Enggano hidup berdasarkan hubungan kekeluargaan dengan sistem garis yang berakar pada asal keturunan yang disebut suku. Penduduk asli terdiri dari Suku Kauno, Suku Kaahoao, Suku Kaharuba, Suku Kaitaro, Suku Kaarubi dan satu suku untuk semua pendatang yang disebut Suku Kaamay, yang masing-masing suku dipimpin oleh seorang ketua. adat istiadat Masyarakat peninggalan Pulau nenek Enggano moyang. Budaya Pakaian adat masyarakat Enggano sudah banyak berubah, terutama untuk hiasan kepala kaum wanitanya. Hiasan kepala tersebut sudah tidak lagi menggunakan bulu burung. Hal ini dapat menandakan bahwa proses biodiversity loss telah terjadi. Perubahan juga terjadi pada pemanfaatan penyu dalam upacara adat dimana hal ini tidak tercatat oleh Modigliani. Pemanfaatan satwa ini secara arif diatur oleh adat sehingga diharapkan tidak mengganggu populasi penyu di Enggano. Flora Enggano juga dimanfaatkan dalam upacara adat, yaitu daun Dysoxylum cf. arborescens untuk pakaian adat pria. Oleh karena itu secara umum dapat diketahui bahwa budaya masyarakat Enggano selalu berevolusi menyesuaikan dengan kondisi alam dan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi leluhurnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar